Jumat, 04 Mei 2012

MODEL PENGEMABANGAN KURIKULUM


JAWABAN
1.    MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikanya serta kemungkinan tercapainya hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum pada hakikatnya untuk memecahkan permasalahan pendidikan, (Suwandi 2006: 12).

Model-model pengembangan kurikulum antara lain :
Ada beberapa model pengembangan kurikulum dalam buku pengembangan kurikulum (Abdullah Idi 2010:153) dan Sukmadinata (2011 : 170).
1.    Model Rapl Tyler
Pengembangan kurikulum model Tyler ini mungkin yang terbaik, dengan penekanan khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya (seleksi tujuan) menerima sambutan yang hangat dari para educator.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum:
Langkah l: Tyler merekomendasikan, bahwa perencana kurikulum agar mengidentifikasikan tujuan umum (tentative general objectives) dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat (fimgsi yang diperlukan) dan subject matter.
Langkah 2: Setelah mengidentifikasi beberapa buah tujuan umum, perencana merifinenya dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi Tujuan pembelajaran khusus dan meyebutkannya juga pendidikan sekolah dan filosofi masyarakat sebagai saringan pertama untuk tujuan ini
Tyler dalam (Suwandi 2006 :15)  menyarankan agar pendidik memberi perhatian kepada cara belajar yang dapat :
1.      Mengembangkan kemampuan berpikir
2.      Menolong dalam memperoleh informasi
3.      Mengembangkan sikap masyarakat
4.      Mengembangkan minat
Langkah 3: Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan. Penentuan pengalaman belajar harus mempertimbangkan persepsi dan pengalaman yang telah dimililiki oleh peserta didik.
Langkah 4: Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan berbagai prosedur evaluasi
Langkah 5:Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar dan mengkaitkannya dengan evaluasi terhadap keefektifan perencanaan dan pelaksanaan.
Langkah 6: Evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi merupakan komponen penting dalam pengembangan kurikulum.

2.        Model Hilda Taba
Langkah-langkah pengembangan kurikulum Hilda Taba (1962) mengemukakan perekayasaan kurikulum terdiri atas 5 langkah berurutan ( Jihad 3008 :33), ialah :
Langkah Pertama, Experimental Production of Pilot Units.
Kelompok tenaga pengajar membuat unit eksperiment sebagai ajang untuk melakukan studi tentang hubungan teori dan praktek. Untuk itu diperlukan (1) Perencanaan yang didasarkan atas teori yang kuat (2) Eksperimen didalam kelas yang dapat menghasilkan data empiris untuk menguji landasan teori yang digunakan. Hasil dari langkah ini berupa teaching-leaming unit yang masih bersifat draft yang siap diuji pada langkah berikutnya. Unit eksperimen ini dirancang melalui delapan kegiatan sebagai berikut :
1.      Diagnosing needs, yaitu tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutnhan siswa dalam suatu proses pengajaran
2.      Formulating Specific Objectives, yaitu formulasi tujuan-tujuan khusus, sebagai penjabaran dari tujuan umum yang dimmuskan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi yang menjadi titik berat pada teaching leaming unit..
3.      Selecting Content, yaitu pemilihan isi (materi) berdasarkan kesepadanan dengan tujuan khusus, dan harus mempertimbangkan tingkat validitas dan signifikannya.
4.      Organizing Content, yaitu Pengorganisasian materi dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan awal serta minat siswa. Pengorganisasian isi disusun dari konkrit keabstrak dan dari mudah ke sulit.
5.      Selecting Learning Experiences (Avtivities) yaitu Pengalaman belajar disusun dengan maksud terjadi interaksi antara siswa dan materi pelajaran. 
6.      Evaluating, yaitu evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan unit oleh siswa. Hasil evaluasi berguna untuk menentukan tujuan, diagnosis kesulitan belajar, serta penilaian dalam rangka pengembangan dan revisi kurikulum.
7.      Checking for Balance and Seguence
Setelah garis besar teaching leaming dirancang lengkap, selanjutnya perlu dicek konsistensi antara semua bagian yang berkenaan dengan keseimbangan dan urutan topik-topik yang telah tersusun atau unsur-unsur dalam unit tersebut.
Langkah Kedua, Testing of Experimental Units
Teaching-leaming units yang dihasilkan pada langkah pertama perlu diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan keyakinan terap bagi tenaga pengajar yang berbeda-beda gaya mengajar dan kemampuan melaksanakan pengajaran unit. Hasil uji coba menjadi masukan bagi penyempumaan draft kurikulum.
Langkah Ketiga, Revising dan Consolidating
Revisi dan penyempumaan draft teaching leammg units dilakukan berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selama langkah pengujian. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Produk langkah ini berupa teaching leaming units yang telah teruji di lapangan. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
Langkah Keempat, Developing a Framework
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum dilakukan guna menjamin :
·         Apakah ide-ide dan konsep-konsep dasar yang digunakan telah terakomodasi?
·         Apakah lingkup isi telah memadai?
·         Apakah isi telah tersusun berurutan secara logis?
·         Apakah aktivitas pembelajarannya memberikan peluang untuk pengembangan keterampilan mtelektual dan pemahaman emosi secara kumulatif.
Langkah lima, Instalation and Desimination of The New Unit
Instalasi dan desiminasi adalah peresmian dan penyebarluasan kurikulum hasil pengembangan, sebagai sub sistem pada sistem sekolah secara menyeluruh. Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah.
3.        Model Oliva
Menggambarkan bahwa kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik. Menurut Oliva tampak model pengembangan kurikulum terdiri dari 10 komponen, yaitu :
1.         Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan masyarakat
2.         Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3.         Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum
4.         Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran
5.         Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan
6.         Pengembangan kurikulum
7.         Mengimplementasikan strategi pembelajaran
8.         Pengembangan kurikulum kembali
9.         Menyempurnakan alat atau teknik penilaian
10.     Evaluasi terhadap pembelajaran dan evalusi kurikulum
4.        D. K. Wheerler
Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, curriculum process, Wheerler (1967) mempunyai argemun tersendiri agar pengembangan kurikulum dapat menggunakan prosesmelingkar yang mana setiap elment saling berhungan dan saling bergantungan.
Langkah-langkah pengmbangan kurikulum Wheerler adalah :
1.      Selection of aims, goalds, and objectives (selain maksud,tujuan dan sasarannya)
2.      Selection of learning experiences to help achieve these aims, goalds, and objectives (seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapi maksud, tujuan dan sasaran ).
3.      Selection of content through which certain type of experiences may be offered (seleksi isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan).
4.      Organization and integration of learning experiences and content with respect to the teaching learning prosess (organisasi dan  integrasi penglaman belajar dan isi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar).
5.      Evaluation of each phase and the problems of goalds ( evaluasi setiap fase dan masalah tujuan-tujuan).
Berikut merupakan model pengembangan kurikulum versi Wheerler dalam bentuk lingkaran :
1.      Aims, goalds and objective                      2. Selection of learning experiences

3.Selection of content                                   4. Organixation and integration of   learning experience and content
5.Evaluation
Model Wheerler

5.        Audery dan Howard Nicholls
Dalam bukunya developing kurikulum (1978), Audery dan Howard Nicholls dalam Idi (2010 : 165 ) mengembangkan suatu pendekatan yang tegas mancakup elment-elment kurikulum dengan jelas.
Terdapat lima langkah yang diperlukan dalam proses pengembangan secara kontinu. Langkah-langkah tersebut menurut Nicholls adalah :
1.      Situational analysis (analisis setuasi).
2.      Selction of objectives (seleksi tujuan).
3.      Selection and organization of content ( seleksi dan organisasi ini).
4.      Selection and organization of methods (selsksi dan oragnisasi mode).
5.      Evaluations (evaluasi).
Masuknya fase analisis situasi merupakan suatu yang disengaja untuk pengembang kurikulum untuk responsive terhadap lingkungan dan secara khusus dengan kebutuhan anak didik.
Agar lebih memahami model kurikulum yang dibuat Nicholls, kita bisa mengamati gambar berikut :
Selection of objectives                        Evaluation analysis

Selection and organization of content                  Evaluation

Selection and organization of method


Model Nicholls
6.        Decker walker
Walker berpendapat dalam (Idi 2010: 169) pengembagan kurikulum tidak mengikuti pendekatan yang telah ditentukan dari urutan yang rasional dari elmen-elmen kurikulum ketika mereka mengembangkan kurikulum.
Untuk lebih jelasnya mengenai model kurikulum versi Welker, bisa melihat gambar berikut :

Belief              theoris             conceptions                 point of view               aim, objectives
Deliberation
Platform
Flowchart: Alternate Process: Platform



(Apllying them to prakticel situasiont
Arguing about, accepting, refusing,
changing, adapting)
Curriculum Design
Flowchart: Alternate Process: Curriculum Design
 


(Making dicisions about then
various process component)

Proses Kurikulum Model Walker
Pada langkah pertama, Welker menyatakan bentuk platform diorganisasikan oleh para pengembang kurikulum dan peryataan tersebut berisi ide, refrensi, pendapat, keyakinan, nilai-nilai yang dimiliki kurikulum.
Kemudian Walker berpendapat pengembangan kurikulum tidak memulai tugas mereka dalam keadaan kosong. Ide, konsep, nilai, dan hal-hal pengembangan kurrikulum guna untuk pengembangan kurikulum mengidikasikan adanya kesukaan dan perlakuan sebagai dasar mengembangkan kurikulum.
7.    Malcolm Skilbeck
Malcolm skilbeck menetapkan bahwa kurikulum harus mendahulukan elmen kurikulum dan memulianya dengan suatu urutan dari urutan yang telah ditentukan dan ditinjau oleh model rasional. Skilbeck mendukung petunjuk tersebut dan menambahkan bahwa sangat penting bagi developers untuk menyadari sumber-sumber tujuan mereka. Sumber-sumber tersebut harus dilaksanakan. Untuk mudah memahami model yang ditawarkan Skilbeck dapat dilihat pada gambar berikut :
Situational analysis
Rounded Rectangle: Situational analysis
Goal formalition
Rounded Rectangle: Goal formalition
Program Building
Rounded Rectangle: Program Building


Interpretation and
implementation
Rounded Rectangle: Interpretation and
implementation


Monitoring, feedbeck
Assessment recondruction
Rounded Rectangle: Monitoring, feedbeck
Assessment recondruction


                                                            Model Skilbeck
Model di atas mengklaim bahwa agar schoo-based-curirculum development dapat bekerja secara efektif. Lima langkah diperlukan dalam kurikulum. Skilbeck berkat model diaplikasikan secara bersama dalam pengembangan kurikulum, observasi dan penelian system kurikulum dan aplikasi nilai dari model tersebut dari pilihan pertama.
 Mengingat susunan model ini secara logis termasuk kategori national by nature namun Skilbeck menginginkan agar tidak terjemrumus pada pperangkap. Skilbeck menginginkan bahwa pengembangan kurikulum perlu mendahulukan rencana mereka dengan memulai dari salah satu  langkah dari langkah yang ada dan meneruskannya dalam bentuk berurutan. Selain itu ia harus mampu mengatasi segala perbedaan dalam langkah-langkah tersebut dalam bersamaan. 
8.     Emerging Technical Models
Dalam emerging technical models, ada tiga model yang lebih ditekankan dalam perkembangan ini (Sukmadinata 2011:170), yaitu ;
a.        The Behavioral Analisis Model
Pada model ini menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku yang kompleks diuraikan dengan perilaku-perilaku sederhana yang tersusun hierarkis.
b.        The System Analisis Model
Langkah dalam model kurikulum ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrument untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar. Langkah ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang dibutuhkan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c.         The Computer- Based Model
Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer.  Pengembanan dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulm, tiap unit kurikulum memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan.
2.    Prinsip Pengembangan KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan tujuan  dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan, ( Jihad 2008 :103). KTSP merupakan njenjang pendidikan dasar dan menengah menengah dikembangkan oleh kepala sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat ileh BSNP dengan memperhaikan prinsip-prinsip kurikulum, permendinas 2006 (dalam Mulyasa 2009 : 151). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan menampilkan kekhasan atau keunggulan masing-masing satuan pendidikan, sebelum menyusun KTSP satuan pendidikan terlebih dahulu perlu melakukan kajian atau analisis tentang potensi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi baik pada saat ini maupun masa datang. Hasil analisis ini akan menjadi acuan dalam pengembangan visi, misi, strategi, dan program-program pembelajaran yang relevan dengan kondisi, potensi dan kebutuhan peserta didik serta daerah sekitarnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut, (Jihad 2008 : 107) dan Mulyasa (2009 : 151).
1.       Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta Didik dan Lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2.       Beragam dan Terpadu kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3.       Tanggap terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4.       Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan, Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5.       Menyeluruh dan Berkesinambungan, Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6.       Belajar Sepanjang Hayat, Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7.       Seimbang antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah, Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3.        Latarbelakang Pentingnya Guru Mengembangkan Materi Ajar
Hal-hal yang melatarbelakangi pentingnya guru mengembangkan materi ajar antara lain sebagai berikut.
1.      Menurut Pusat Perbukuan Nasional, rata-rata hanya 50% buku pelajaran memiliki kualitas yang memenuhi syarat untuk digunakan di sekolah. Buku-buku yang selama ini beredar tercatat hanya setengahnya yang memiliki kualitas. Buku haruslah berisi pengetahuan yang dapat menambah wawasan siswa. Hal ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, ketika sudah lulus nanti.
2.      Buku pelajaran masih berisi kumpulan materi yang belum diolah secara berarti. Buku yang beredar bersifat monoton dari waktu ke waktu tanpa ada perubahan. Padahal buku yang baik tentu saja mengandung pengetahuan yang terus berkembang seiring perjalanan waktu. Buku harus berisi jawaban atau setidaknya informasi tentang hidup, baik secara umum maupun khusus.
3.      Dalam buku yang selama ini beredar, terdapat beberapa faktor yang kurang diperhatikan. Faktor itu dapat membantu kemenarikan, ketertaatan, kemudahan, keberdayaan berpikir, dan kreativitas. Faktor kemenarikan sebuah buku belum dikembangkan secara maksimal, sehingga buku terkesan monoton dan membosankan. Demikian juga dengan faktor ketertaatan. Faktor ini dapat terlihat pada buku-buku yang tidak mengikuti aturan, baik dari segi isi maupun format. Faktor lain yang harus lebih dikembangkan adalah kemudahan. Artinya, isi buku haruslah mudah dimengerti dan buku juga mudah untuk didapatkan. Salah satu faktor yang menyebabkan buku sulit untuk dipahami adalah penggunaan bahasa yang kurang baik. Faktor utama sekaligus sebagai tujuan dari sebuah buku adalah membangun kebudayaan berpikir yang lebih baik. Diharapkan setelah membaca buku, pembaca dalam hal ini siswa termotivasi dan terpacu untuk berpikir lebih kritis. Diharapkan dari hal tersebut menyebabkan siswa menjadi kreatif dan inovatif.
4.        Langkah-Langkah Mendisain Pelajaran Bahasa.
Seperti layaknya dalam menyampaikan sesuatu, maka perlu dipersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang akan disampaikan. Hal ini sebagai wujud persiapan yang diharapkan dapat mencapai hasil sesuai target. Terdapat delapan langkah dalam mendisain pelajaran bahasa sebagai berikut.
1.      Mendefinisikan Konteks (Defining The Context)
Pertama mendefinisikan konteks. Pada langkah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, pertama orang-orang atau peserta didik yang akan belajar bahasa, misalnya siapa saja dan berapa jumlahnya. Selain itu, juga harus memperhatikan waktu atau kapan disain itu akan disampaikan. Perlu diperhatikan juga latar tempat yang akan digunakan. Faktor yang tidak kalah penting adalah kemampuan yang dimiliki guru. Faktor terakhir adalah proses pembelajaran itu sendiri dan institusi atau lembaganya.
2.      Mengartikulasikan Keyakinan (Articulating Beliefs)
Langkah kedua yang harus diperhatikan adalah faktor keyakinan atau pemahaman tentang bahasa. Dalam hal ini meliputi pengertian tentang bahasa itu sendiri, bagaimana belajar bahasa, bagaimana mengajarkan bahasa, dan bahasa dalam konteks sosial.
3.      Menilai Kebutuhan (Assessing Needs)
Langkah ketiga yaitu menilai kebutuhan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, tujuan analisis, untuk siapa analisis itu dibuat, siapa yang menjadi target, bagaimana mengadministrasikan, bagaimana prosedur untuk menganalisisnya, menilai kebutuhan dengan menggunakan atau memanfaatkan informasi yang telah diperoleh.
4.      Merumuskan Tujuan dan Sasaran (Formulating Goals and Objective)
Langkah keempat menentukan tujuan dan objek pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran menurut Richards menyangkut ketersediaan fasilitas, pengajar, latar belakang pendidikan dan kompetensi pengajar, penanggung jawab perubahan implementasi dan pengawasan program, waktu yang tersedia, dan kekurangan-kekurangan program yang ada. Adapun tujuan dari pembelajaran bahasa secara umum adalah mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
Sementara tujuan pembelajaran sastra secara umum adalah menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, serta menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia.
5.      Merancang Silabus (Designing Syllabuses)
Langkah selanjutnya merancang silabus. Dalam bagian ini yang perlu diperhatikan adalah konsep silabus, model kurikulum, jenis silabus, dan perbedaan kurikulum dan silabus. Konsep kurikulum berarti hakikat atau pengertian kurikulum. Saat ini kurikulum yang berlaku adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum ini dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan.
Sedangkan model kurikulum terdiri dari model dualistik, model saling mengunci, model konsentrik, dan model siklus. Jenis silabus terdiri dari silabus gramatikal, silabus leksikal, silabus fungsional, silabus situasional, silabus topical, silabus berbasis kompetensi, silabus keterampilan, silabus tugas, silabus berbasis teks, dan silabus terintegrasi.
6.      Mengembangkan Bahan (Developing Materials)
Langkah ini menitikberatkan pada pengembangan materi pembelajaran. Materi pembelajaran perlu memperhatikan hakikat materi dengan materi yang sudah dimodifikasi, mengevaluasi buku teks atau buku ajar, mengadaptasi buku teks, dan menulis buku teks.
Buku ajar merupakan faktor penting dalam pembelajaran yang efektif, maka buku-buku yang telah ada perlu dikaji dan diperbaiki. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.
7.      Menentukan Metodologi (Determining Methodology)
Langkah selanjutnya menentukan metode pembelajaran. Adapun yang perlu diperhatikan dalam menyusun metode, adalah memahami arti penting sebuah pendekatan atau metode, perlu memperhatikan metode pembelajaran bahasa, mengetahui berbagai perkembangan metode sesuai dengan sistuasi dan kondisi, berbagai perkembangan metode pengajaran berdasarkan refleksi guru, serta metode pembelajaran secara efektif.
8.      Merancang Rencana Penilaian ( Designing an Assessment Plan)
Langkah terakhir merancang atau menyusun rencana  pembelajaran sesuai kebutuhan. Kebutuhan siswa dan kebutuhan lingkungan, agar pelajaran lebih menarik. (Andri Wicaksono http://andriew.blogspot.com/2011/02/1-model-model-pengembangan-kurikulum.html. (diakses tanggal 26 april 2012)

5.        Hubungan Materi Pelajaran dengan Pembelajaran yang Efektif.
Hubungan materi pelajaran dengan pembelajaran yang efektif sangat terkait. Pembelajaran merupakan aktivitas kompleks yang melibatkan banyak faktor. Faktor-faktor penting dalam pembelajaran adalah lembaga atau sekolah, guru, proses pembelajaran, dan pembelajar.
Faktor pembelajar mencakup pemilihan model pembelajaran, pengembangan mutu pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan faktor proses pembelajaran meliputi; pertama, pemahaman siswa tentang kegiatan belajar. Pada bagian ini berisi tentang tujuan dan ruang lingkup materi. Kedua, pandangan siswa tentang belajar, baik kelompok maupun individu. Ketiga, gaya belajar. Keempat, motivasi yang melatarbelakangi siswa dalam belajar. Kelima, dukungan belajar belajar, baik berupa fasilitas maupun balikan.
Faktor pemahaman siswa tentang kegiatan belajar salah satunya berupa penguasan terhadap materi pelajaran. Pemilihan materi pelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
·         Potensi peserta didik.
·         Relevansi dengan karkteristik daerah.
·         Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik.
·         Kebermanfaatan bagi peserta didik.
·         Struktur kelimuan.
·         Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran.
·         Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
·         Alokasi waktu.
Pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang antara rencana pembelajara sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran dan hasilnya memuaskan. Jadi, ada kesesuaian antara rencana dengan kenyataan. Supaya proses belajar mengajar efektif, maka perlu diperhatikan faktor-faktor pendukung proses belajar tersebut. Sehingga tampak jelas bahwa materi pembelajaran yang baik akan menentukan efektivitas pembelajaran itu sendiri. Semakin baik materi pembelajaran yang disampaikan, maka semakin efektif pembelajaran itu.
Sedangkan menurut Hutchinson (1987 : 107) dalam bukunya English for Specific Purposes Mengemukakan bahwa prinsip aktual dalam menuliskan materi, agar materi yang diajarkan sesuai dan pemebelajaran menjadi efektif.
a.         Materi menyediakan rangsangan untuk pembelajaran,
b.         Materi membantu untuk mengorganisasi proses mengajar dan pembelajaran,
c.         Materi menggabungkan sebuah tampilan bahasa yang alami dalam pembelajaran,
d.        Materi menghasilkan pembelajaran yang alami,
e.         Materi mempunyai fungsi yang sangat berguna dan
f.          Materi mengandung model yang baik dan memiliki kegunaan dalam penerapan berbahasa.
6.        Konsep Modul Dan Buku Teks, Perbedaan Dan Persamaannya
a.      Pengertian Modul.
Modul merupakan alat atau sarana  pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri. Dari sisi kebahasaannya, modul disusun secara sederhana sesuai dengan level berpikir anak SMK atau input SMK (dapat juga untuk level SMP, MTs, MA, SMA).
Modul digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing indivisu secara efektif dan efisien. Modul juga memiliki karakteristik “stand alone” yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain. Penyusunan modul dirancang bersahabat dengan pemakai, membantu kemudahan pengguna untuk diakses atau direspon. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru (Handayani Nuriah, 2008 : 1). Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut;
b.        Pengertian Buku Teks
Pengertian buku teks pelajaran adalah ”buku acuan wajib” yang digunakan di sekolah, memuat materi pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan k Persoalannya sekarang, kata “dapat menggunakan” di dalam Permen mengindikasikan bahwa Depdiknas tidak tegas dalam ‘memerintahkan’ para guru untuk menyiapkan bahan ajar mereka sendiri, atau setidaknya, memperkaya buku teks yang mereka pakai di kelas dengan buku-buku atau sumber-sumber yang lain (elmaghfirah .2009. http://www.duniasosiologi.co.cc/2009/03/pengertian-buku-teks.html).
Rumusan senada juga disampaikan oleh A.J. Loveridge (terjemahan Hasan Amin) sebagai berikut. ”Buku teks adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu, dalam bentuk tertulis yang memenuhi syarat tertentu dalam kegiatan belajar mengajar, disusun secara sistematis untuk diasimilasikan.”
Chambliss dan Calfee (1998) menjelaskannya secara lebih rinci. Buku teks adalah alat bantu siswa untuk memahami dan belajar dari hal-hal yang dibaca dan untuk memahami dunia (di luar dirinya). Buku teks memiliki kekuatan yang luar biasa besar terhadap perubahan otak siswa. Buku teks dapat mempengaruhi pengetahuan anak dan nilai-nilai tertentu.
Sementara itu Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2004: 3) menyebutkan bahwa buku teks atau buku pelajaran adalah sekumpulan tulisan yang dibuat secara sistematis berisi tentang suatu materi pelajaran tertentu, yang disiapkan oleh pengarangnya dengan menggunakan acuan kurikulum yang berlaku. Substansi yang ada dalam buku diturunkan dari kompetensi yang harus dikuasai oleh pembacanya (dalam hal ini siswa).
Pusat Perbukuan (2006: 1) menyimpulkan bahwa buku teks adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional), berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku teks merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasa dilengkapi sarana pembelajaran (seperti pita rekaman), dan digunakan sebagai penunjang program pembelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.( http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html)
C.      Persamaan dan Perbedaan Buku Teks.
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut.
  1. setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.
  2. modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.
  3. pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi.
  4. materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
  5. setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban. Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai berikut;
  1. Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.
  2. Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan.
  3. Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut.
  4. Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.
  5. Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.
  6. Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul.
Buku adalah salah satu sumber bacaan, berfungsi sebagai sumber bahan ajar dalam bentuk materi cetak (printed material). Secara umum buku dibedakan menjadi 4 jenis; yaitu:
a.         Buku sumber yaitu buku yang biasa dijadikan rujukan, referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap,
b.        Buku Bacaan, adalah buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja, misalnya novel, cerita, legenda, dll,
c.         Buku Pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalam melakukan proses pengajaran
d.        Buku bahan ajar, yaitu buku ynag disusun, untuk proses pembelajaran, dan beisi bahan- bahan atau materi yang diajarkan.
Buku pelajaran, adalah bahan atau materi pelajaran yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk buku yang digunakan sebagai bahan pegangan belajar dan mengajar baik sebagai pegangan pokok maupun pelengkap.Pembelajaran dengan sistem buku memiliki karakteristik sebagai berikut Chedo Wardoyo (2010: 1).
a.         Setiap buku dirancang untuk dipasarkan secara luas dan lebih transparan.
b.         Buku tidak wajib atau harus memberikan latihan atau tugas dalam penerapannya.
c.         Tidak ada rangkuman secara jelas tentang kemungkinan ketidakpahaman pembaca.
d.        Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif dan isi yang disajikan sangat padat.
e.         Tidak memiliki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembaca. (Andri Wicaksono http://andriew.blogspot.com/2011/02/1-model-model-pengembangan-kurikulum.html. (diakses tanggal 26 april 2012)






















DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Nuriah.2008. Modular Instruction. (Diunduh tanggal 26 April 2012, http://pesutcity.wordpress.com/2010/04/17/ Modular Instruction)
Hutchinson, Tom and Waters, Alan. 1987. English for Specific Purposes. Cambridge : Sydney.
Idi, Abdullah.2010. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik. Jogjakarta : AR-Ruzz Media
Jihad, Asep.2008. Pengembangan Kurikulum Metematika. Bandung : Multi Presindo
Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik. Bandung : Remaja Rosdakarya
Suwandi, Sarwiji. 2006. Kurikulum dan Pengembangan Materi Ajar (modul). Surakarta :
Elmaghfirah .2009. http://www.duniasosiologi.co.cc/2009/03/pengertian-buku-teks.html(diakses tanggal 26 april 2012)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar